Déjà vu…


Pernahkah kalian mendengar kata tersebut, atau bahkan merasakannya? Rata-rata setiap orang pernah merasakan déjà vu dalam hidupnya, mungkin sekali atau sering.
Déjà vu adalah kejadian dimana kita pernah merasakan kejadian tersebut sebelumnya, mirip seperti “sixth sense” namun berbeda. Contohnya seperti ini. Waktu saya ingin berangkat ke sekolah menaiki angkot, di dalamnya ada 3 orang yaitu seorang perempuan dan dua orang laki-laki dan saya sendiri saya. Ketiga orang tersebut memakai warna baju yang sama, yaitu warna hijau. Saya sempat bengong sebentar karena entah kapan dan dimana saya juga pernah merasakan hal seperti ini. Juga bisa berupa sebuah tempat baru yang sedang dikunjungi, percakapan yang sedang dilakukan, atau sebuah acara TV yang sedang ditonton. Lebih anehnya lagi, kita juga seringkali tidak mampu untuk dapat benar-benar mengingat kapan dan bagaimana pengalaman sebelumnya itu terjadi secara rinci. Yang kita tahu hanyalah adanya sensasi misterius yang membuat kita tidak merasa asing dengan peristiwa baru itu. Dan masih banyak lagi peristiwa seperti itu yang pernah rata-rata pernah dialami. Peristiwa tersebut disebut “déjà vu”.
Déjà vu berasal dari alam bawah sadar kita yang dikendalikan oleh otak kiri. Dan menyampaikannya ke ingatan kita. Anehnya kita tidak bisa tahu kapan dan dimana kejadian itu pernah terjadi.
Keanehan fenomena déjà vu ini kemudian melahirkan beberapa teori metafisis yang mencoba menjelaskan sebab musababnya. Salah satunya adalah teori yang mengatakan bahwa deja vu sebenarnya berasal dari kejadian serupa yang pernah dialami oleh jiwa kita dalam salah satu kehidupan reinkarnasi sebelumnya di masa lampau. Percayakah anda? Bagaimana penjelasan ilmu psikologi sendiri?
Banyak para ilmuwan berpendapat bawha déjà vu adalah sederetan peristiwa yang familiar pernah terjadi namun berbeda dalam ruang dan waktu. Seperti yang dilaporkan LiveScience, Kenneth Peller dari Northwestern University menemukan cara yang sederhana untuk membuat seseorang memiliki ‘ingatan palsu’. Para partisipan diperlihatkan sebuah gambar, namun mereka diminta untuk membayangkan sebuah gambar yang lain sama sekali dalam benak mereka. Setelah dilakukan beberapa kali, para partisipan ini kemudian diminta untuk memilih apakah suatu gambar tertentu benar-benar mereka lihat atau hanya dibayangkan. Ternyata gambar-gambar yang hanya dibayangkan partisipan seringkali diklaim benar-benar mereka lihat. Karena itu, déjà vu mungkin terjadi ketika secara kebetulan sebuah peristiwa yang dialami seseorang serupa atau mirip dengan gambaran yang pernah dibayangkan.
LiveScience juga melaporkan percobaan Akira O’Connor dan Chris Moulin dari University of Leeds dalam menciptakan sensasi deja vu melalui hipnosis. Para partisipan pertama-tama diminta untuk mengingat sederetan daftar kata-kata. Kemudian mereka dihipnotis agar mereka ‘melupakan’ kata-kata tersebut. Ketika para partisipan ini ditunjukkan daftar kata-kata yang sama, setengah dari mereka melaporkan adanya sensasi yang serupa seperti déjà vu, sementara separuhnya lagi sangat yakin bahwa yang mereka alami adalah benar-benar déjà vu. Menurut mereka hal ini terjadi karena area otak yang terkait dengan familiaritas diganggu kerjanya oleh hipnosis.
Bagi orang yang sangat sering mengalami déjà vu, mungkin bisa dikembangkan menjadi indera ke-6 kali yaa… Allahu’alam
So, hidup ini penuh misteri, de javu hanyalah setitik kecil dari rahasia Allah yang kita tidak tahu… (feb)